Perayaan Hari Guru di SMK NU Lamongan
Hari Guru bukan sekadar peringatan tahunan. Bagi keluarga besar SMK NU Lamongan, Hari Guru menjadi ruang hangat untuk saling menguatkan, mengapresiasi, dan merayakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa—hubungan yang dibangun dengan ketulusan.
Perayaan tahun ini dibuka dengan upacara istimewa. Semua petugas—mulai dari pemimpin upacara, pembaca doa, hingga pengibar bendera—adalah para guru dan staf karyawan SMK NU Lamongan. Langkah kaki mereka, suara mereka, dan kerja sama mereka menjadi simbol pengabdian yang tak pernah putus setiap hari untuk peserta didik.
Memasuki acara berikutnya, suasana berubah menjadi lebih hangat dan menyentuh. Para guru mempersembahkan karya terbaik mereka untuk anak-anak tercinta. Ada tarian penuh ekspresi, teater musikal yang menggugah, paduan suara dengan harmoni yang mengetuk hati, hingga penampilan gambus yang menenangkan. Setiap persembahan bukan sekadar hiburan, tetapi pesan cinta bahwa guru hadir bukan hanya untuk mengajar, tetapi untuk menginspirasi.
Di penghujung acara, justru para siswa yang membalas dengan kejutan tak terduga. Mereka mempersembahkan video berisi ungkapan sayang dan terima kasih, disusul pertunjukan teater yang menyampaikan kisah tentang hubungan guru dan murid. Dan yang paling mengharukan, siswa-siswa datang ke panggung membawa hadiah—banyak hadiah—untuk para guru dan staf karyawan. Hadiah itu mungkin sederhana, tetapi ketulusannya sungguh tak ternilai.
Dari seluruh rangkaian acara, ada makna besar yang dapat ditangkap: setiap ketulusan pasti menemukan jalannya untuk kembali kepada pemilik ketulusan itu sendiri. Apa yang guru berikan selama ini—waktu, tenaga, perhatian, pengertian, dan kesabaran—tidak pernah hilang. Semua itu kembali dalam bentuk cinta dari anak-anak yang mereka bimbing.
Guru hari ini bukan hanya penyampai ilmu pengetahuan. Guru adalah telinga yang selalu mau mendengarkan, bahu yang siap menjadi sandaran ketika semangat mulai melemah, dan pintu kesempatan yang terbuka berkali-kali meski kesalahan berulang terjadi. Guru menggandeng, bukan sekadar mengarahkan. Guru menemani langkah anak menuju masa depan, memberikan keberanian agar mereka tidak takut salah, tidak takut gagal, dan tidak takut mencoba lagi.
Lewat “kado kecil” yang saling dipertukarkan pada perayaan Hari Guru kali ini, kita belajar bahwa cinta dalam pendidikan tidak perlu megah—cukup tulus, dan itu sudah lebih dari cukup.
Selamat Hari Guru. Terima kasih atas cinta yang tak pernah habis.